dulu . . .—–
selama di tenggarong, aku dipinjami motor oleh kantor. tapi satu motor itu untuk dipakai berdua. akibatnya, kalau salah satu dari kami sedang di rumah dan motornya dipakai, maka yang di rumah jadi tidak bisa kemana-mana. akhirnya kuputuskan, aku mau beli sepeda supaya hal kayak gitu ga terjadi lagi.
demi penghematan, aku akan beli sepeda bekas saja. namun sayangnya aku ga tau di mana harus mencarinya. mulailah aku tanya-tanya ke teman sekantor, di mana lokasi penjual sepeda bekas. tapi sebenernya nanya juga percuma, soalnya aku juga ga tau petunjuk yang mereka beri 😛 . akan lebih baik kalau aku pergi mencarinya langsung bersama seorang teman.
aku pun kemudian membuat janji sama teman agar ia menemaniku mencari sepeda. tetapi di hari yang ditentukan dia secara mendadak tidak bisa pergi. kutelpon temanku yang lain, ternyata dia pun ga bisa menemaniku. akhirnya, aku pergi sendiri keliling tenggarong mencari penjual sepeda bekas.
dalam pencarian itu, kusempatkan mampir ke toko sepeda untuk mengetahui harga sepeda baru. sepeda polygon, dan sejenisnya, ternyata berharga 1,3 juta. sepeda lipat juga ternyata ada di salah satu toko sepeda itu, harganya berkisar dari 1 – 2 juta. sebenarnya aku pernah tertarik untuk memiliki sepeda lipat itu, tetapi itu sudah lama.
akhirnya, aku menemukan sebuah bengkel yang menjual beberapa sepeda bekas. salah satunya adalah sepeda yang banyak terdapat di jawa, semacam sepeda onta tapi yang palangnya miring (sepeda untuk cewek). warnanya biru, merknya phoenix, harganya sekitar 200ribu. sebenernya aku punya minat terhadap sepeda jenis ini sejak smp. waktu itu aku lihat temanku memodifikasi sepeda ini dengan menambah gigi di roda belakangnya. kutanyakan saja kepada pemilik bengkel, apakah bisa sepeda itu diberi gigi. ternyata tidak bisa karena rangkanya tidak diatur untuk itu. tidak jadilah aku beli sepeda itu. entah gimana temanku dulu memodifikasi sepeda itu.
satu sepeda lainnya adalah sepeda gunung. katanya merk polygon, tetapi tidak bisa kulihat karena sudah dicat ulang. sepeda itu tidak punya rem dan gigi belakangnya rusak. harganya 200ribu, tetapi dia menawarkan 500ribu untuk sepeda itu kembali seperti semula, lengkap dengan rem dan gigi yang berfungsi baik. awalnya aku hampir mengiyakannya, tetapi kemudian dia bilang ada bengkel sepeda lain di dekat stadion. jadi aku ke tempat yang ia beritahukan itu untuk melihat pilihan lain.
di tempat yang dimaksud bapak itulah aku akhirnya membeli sepeda: sebuah sepeda gunung merk wimcycle yang dilengkapi dengan pegas peredam kejut. kondisinya cukup mengenaskan. gigi dan remnya rusak, ban dan rodanya juga, sepeda itu pun hanya diletakkan di samping bengkelnya dan dibiarkan kepanasan dan kehujanan. sang pemilik bengkel meminta 200ribu untuk sepeda itu. ia akan mengganti roda belakangnya, memperbaiki remnya, dan membenahi joknya (yang saat itu tidak ada), pokoknya sampai sepeda itu bisa digunakan kembali. kuberi ia uang muka 100rb untuk pengerjaan 1 hari.
esoknya, sepeda itu kuambil. kayuhannya terasa berat, dan tuas untuk rem belakangnya justru di kanan, kebalikan dari yang biasanya. kuputuskan untuk memperbaikinya dan memasang gigi belakangnya. hari minggu, sepeda itu kunaiki menuju toko sepeda yang pernah kudatangi. namun ternyata toko itu tidak melayani perbaikan selayaknya bengkel. ia hanya menjual suku cadang dan perlengkapan saja. sungguh sebuah konsep yang aneh untuk sebuah toko sepeda. pemilik toko itu malah menyuruhku untuk ke bengkel yang ada di pasar. akupun ke sana dengan bingung karena sepertinya akan sulit sekali mencari bengkel di dalam pasar. tetapi akhirnya ketemu juga bengkel itu tak berapa lama kemudian.
di bengkel itu, aku minta gigi belakang, sadel yang empuk (sadel yang di sepeda itu keras sekali!), spakbor (slebor?) buat menahan cipratan air dari roda, menukar tuas rem agar rem belakang dikendalikan tuas kiri, dan, yang tidak kalah penting, standar samping. ternyata, semuanya habis 225ribu dan dikerjakan sehari. lebih mahal dari sepedanya! (LOL)
sore di keesokan harinya, sepeda itu kuambil. sekarang, dengan adanya gigi yang berfungsi dengan baik, menaikinya serasa mudah. kalau kayuhan terasa berat aku hanya perlu mengganti giginya ke yang lebih ringan.
kini, aku sudah 2 hari berangkat kerja pakai sepeda. semoga menyehatkan. kenapa semoga? karena sebenarnya terasa capek, mungkin karena belum terbiasa aja sih. sampai saat ini, rekorku untuk perjalanan kantor-rumah sejauh 2,5 km adalah 7 menit. lagipula, aku ke kantor naik sepeda karena motornya ga ada, jadi terpaksa 😛
—–
sekarang aku jarang naik sepeda lagi baik untuk berangkat kerja ataupun berolahraga di sore hari. entah kenapa (lonely) . . .