ketika berangkat ke kantor tadi pagi, kami bertemu iring-iringan kendaraan & ambulan pengangkut jenazah. seperti biasa, dalam rombongan tersebut ada pengendara sepeda motor yang berjalan di depan ambulan dan beberapa mobil di belakangnya. ada yang aneh dengan sikap para pengemudi motor itu ketika berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan, termasuk kami. saat melambatkan lajut motor, tiba-tiba mereka bergerak ke tengah jalan dan berhenti dengan posisi melintang seraya menyuruh kami minggir dan berhenti (benar-benar berhenti). nada bicaranya sedikit keras sehingga agak tidak enak didengar, mungkin ia sedang kesal, entahlah. tetapi setelah ambulan melewati kami, seorang pengemudi mobil di belakangnya memberi isyarat kepada kami agar meneruskan perjalanan.
berdasarkan pengalamanku, belum pernah ada rombongan pengiring jenazah seperti itu. mereka mewajibkan kendaraan dari arah berlawanan untuk minggir dan berhenti sampai ambulan lewat. kami baru dapat berjalan lagi setelah ambulan melewati kami. padahal kami seharusnya masih bisa terus melaju karena jalan masih cukup lebar untuk dua mobil berpapasan. di kota lain, sepertinya aku tidak pernah berhenti total ketika berpapasan dengan iring-iringan mobil jenazah sepserti itu. cukup memberi ruang lebih dengan agak menepi jika memang ruas jalan tidak cukup lebar sembari terus berjalan walaupun dengan perlahan. kesimpulanku, menepi dari jalan dan berhenti ketika berpapasan dengan ambulan pengangkut jeazah adalah suatu kewajiban dan kebiasaan di sini. menarik juga 🙂